Tuhan selalu punya alasan kenapa kita pertemukan dengan seseorang.
Suatu waktu, aku pernah menyesal pernah bertemu denganmu. Karena pada akhirnya, aku akan terluka (lagi).
Suatu sesalku lainnya adalah tentang betapa begonya aku. Kayak udah gak punya harga diri lagi. Menurutmu, perlu gak aku mundur?
Yang tidak dewasa disini siapa?
Aku hanya mencoba peduli. Aku hanya memastikan bahwa kamu baik-baik saja. Aku hanya ingin tau kalau kamu jujur dengan perasaanmu.
Jangan mencoba pergi tanpa mengucapkan salam perpisahan :(
Tanpa pamit, kita hanya akan menyisakan luka tanpa terjawab. Mungkin engga buatmu dan hanya buatku saja.
Rasanya kuingin marah, melampiaskannya juga... sayangnya gak berhak.
Waktu pernah kuungkapkan jujurku, kamu abai.
Kamu harusnya tau, butuh keberanian untukku ungkapkan jujurku.
Dengan ini, aku ingin menyembuhkan luka (lagi) melalui tulisan.
Aku sedang tak baik-baik saja.
Aku sedang tak baik-baik saja.
Aku sedang tak baik-baik saja.
Aku tak harus terus meminta waktumu. Setelah semua yang kamu lakukan, menurutmu salahkan aku jika seperti ini?
Hari ini, 07 juni pukul 14.26. Mari kita memulai menyembuhkan luka baru.
Untuk diriku, kamu harusnya tau kalau semuanya hanyalah kepalsuan.
Untuk diriku, yakinkan bahwa ia hanya menjadikan kamu pelampiasan. Bahwa ia hanya menjadikan kamu pelarian. Bahwa ia menjadikan hati kamu seperti sebuah mainan.
Yakinkan dirimu, Nid. Kamulah yang harusnya pergi. Kamulah yang seharusnya mundur. Kamulah yang seharusnya tak lagi abai pada sikapnya, kamu harus menghilang. Meski tanpa pamit.
Akhirilah, dengan caramu.
Dan suatu hari, semoga Allah.swt mempertemukan seseorang yang dapat menyembuhkan seluruh luka-luka lama maupun lukaa-lukamu kini.
Kamu mampu, iya mampu.
Kamu itu... seseorang yang dulunya hebat. Jadi, tolong tetap berpegang pada prinsipmu meski harus mengorbankan beberapa hal yang harusnya pergi :)
Jangan bodoh. Jangan terluka. Jangan bego. Kamu punya harga diri. Jadi, percaya dirilah. Dengan prinsipmu.
Suatu waktu, aku pernah menyesal pernah bertemu denganmu. Karena pada akhirnya, aku akan terluka (lagi).
Suatu sesalku lainnya adalah tentang betapa begonya aku. Kayak udah gak punya harga diri lagi. Menurutmu, perlu gak aku mundur?
Yang tidak dewasa disini siapa?
Aku hanya mencoba peduli. Aku hanya memastikan bahwa kamu baik-baik saja. Aku hanya ingin tau kalau kamu jujur dengan perasaanmu.
Jangan mencoba pergi tanpa mengucapkan salam perpisahan :(
Tanpa pamit, kita hanya akan menyisakan luka tanpa terjawab. Mungkin engga buatmu dan hanya buatku saja.
Rasanya kuingin marah, melampiaskannya juga... sayangnya gak berhak.
Waktu pernah kuungkapkan jujurku, kamu abai.
Kamu harusnya tau, butuh keberanian untukku ungkapkan jujurku.
Dengan ini, aku ingin menyembuhkan luka (lagi) melalui tulisan.
Aku sedang tak baik-baik saja.
Aku sedang tak baik-baik saja.
Aku sedang tak baik-baik saja.
Aku tak harus terus meminta waktumu. Setelah semua yang kamu lakukan, menurutmu salahkan aku jika seperti ini?
Hari ini, 07 juni pukul 14.26. Mari kita memulai menyembuhkan luka baru.
Untuk diriku, kamu harusnya tau kalau semuanya hanyalah kepalsuan.
Untuk diriku, yakinkan bahwa ia hanya menjadikan kamu pelampiasan. Bahwa ia hanya menjadikan kamu pelarian. Bahwa ia menjadikan hati kamu seperti sebuah mainan.
Yakinkan dirimu, Nid. Kamulah yang harusnya pergi. Kamulah yang seharusnya mundur. Kamulah yang seharusnya tak lagi abai pada sikapnya, kamu harus menghilang. Meski tanpa pamit.
Akhirilah, dengan caramu.
Dan suatu hari, semoga Allah.swt mempertemukan seseorang yang dapat menyembuhkan seluruh luka-luka lama maupun lukaa-lukamu kini.
Kamu mampu, iya mampu.
Kamu itu... seseorang yang dulunya hebat. Jadi, tolong tetap berpegang pada prinsipmu meski harus mengorbankan beberapa hal yang harusnya pergi :)
Jangan bodoh. Jangan terluka. Jangan bego. Kamu punya harga diri. Jadi, percaya dirilah. Dengan prinsipmu.
Dari diriku, yang tengah patah (lagi) karena seseorang.
- Nidake