Thursday, February 25, 2016

[KULIAH] Welcome To Semester 4.



Hallo semester 4. Hallo semester yang katanya kutipan ‘aku maunya nikah aja’ menjadi harapan agar dapat terealisasi semakin cepat bagi beberapa mahasiswi.

Sekali lagi, aku ingin say hello untuk pertengahan semester dari total semester yang normalnya kita ambil dalam dunia perkuliahan.

Setelah jumat dan sabtu, 19-20 February dengan salah satu teman kuliah, Dwi Ariska dan mba Yuyun di Semarang-Blora-Serang bersibuk dan berpusing ria dengan KRS. Akhirnya, kita pun berhasil mendapatkan jadwal yang sesuai, meski beberapa jadwal agak menyebalkan.
Aku mengambil Senin – Jumat untuk kegiatan perkuliahan. Mengingat pengalaman semester lalu, meskipun mengambil hari jumat libur, kenyataannya tetap dipakai untuk ke kampus, entah itu mengerjakan tugas, mengurusi proker dan mengumpulkan tugas, ataupun ke perpustakaan kampus. Sibuk full hingga sabtu.

Buka dari pukul 07.00 - 10.11 wib masih kayak gitu, padahal di jadwal kan pukul 09.00 wib sudah dibuka.
Lagipula, semester 4 aku sudah akan fokus pada akademik sepenuhnya, mungkin hanya 30-35% yang menjadi target dalam fokus pada hal lain, seperti: organisasi dan kegiatan event luar.
Aku memutuskan untuk mencari sepenuhnya yang ingin aku cari dalam masa depan. Selepas kuliah aku ingin bekerja dimana dan apa ilmu yang ingin aku perdalam.

Add caption

Dalam kegiatan UKM, selain job disk di majalah, aku sudah tidak melakukan hal lain di kegiatan kepanitiaan. Dan untuk organisasi DPM, aku akan fokus pada permasalahan utama dan kinerjaku sebagai bagian dari ketua komisi Aspirasi.

Nah, ini jadwalku dan dibawahnya ada nama dosen. Dan btw, nama dosennya mengalami perubahan loh.

Nama dosen sebelum berubah

Setelah perubahan nama dosen pengajar mata kuliah.



Ohya, sekadar saran aja yah, lebih baik pilih yang jam malam tapi ingat jadwalnya pilih yang bagian pagi, jam malam itu untuk beberapa matkul yang menurutmu sulit aja, kayak aku di atas tuh; AKM-2. Sebenernya AKM-1 aku sempet dapat C karena dosennya yang pelit  nilai. Huh.


Dan ohya, untuk Pengantar Bisnis di jadwal diatas, aku sengaja mengulang, hehe. Karena aku dapet jatah 24 sks dan berhak memanfaatkan kuota sks yang ada. Kebetulan, ada satu mata kuliah pilihan yang gak dibuka oleh kaprogdi Akuntansi UDINUS. Dan mata kuliah pilihan lain di semester 4 sudah pernah aku ambil di semester 2 yang lalu.
Jadwal semester 4. Sebelum perubahan, Aku mengambil Hukum Bisnis yang merupakan mata kuliah konfersi.

Well, aku berharap semester ini bisa lebih serius lagi. Dan aku berencana untuk lulus tepat waktu. Hey guys, ingat orang tua di rumah yang susah payah biayain kuliah-kost dan kehidupan kita di tanah rantau.

Meski begitu, bagi kamu yang mampu untuk merantau, jangan takut pergi jauh dari rumah. Jauh dari rumah mengajarkan kamu untuk tumbuh menjadi orang yang lebih luas dalam hal pengalaman.

Dan guys, jangan jadi mahasiswa yang hanya kuliah lalu pulang. Ingat deh, IPK hanyalah sebuah batu loncatan untukmu agar diterima dalam tahap interview kerja saja, dan pada saat interview, kebanyakan perusahaan akan bertanya mengenai pengalamanmu dalam kegiatan organisasi dan kepanitiaan event. Aku sendiri merupakan anak sok sibuk yang ikut banyak kegiatan organisasi sejak semester 1 dan aku belajar banyak hal dari sana, tentang kerja team.

Hey, jangan pantang menyerah. Semangat semester 4.
Lain waktu, untukmu yang mahasiswa udinus dan jurusan akuntansi bisnis. Aku ingin berbagi pengalamanku mengenai dosen-dosen di perkuliahan yang pernah aku ikuti.
See you.

Masih belum di verifikasi sama dosen wali :(

© Nidake

Serang, 25 February 2016







Patah Hati



[LATEPOST]

Pagi tadi, aku menerima kabar buruk dari salah satu adik junior.
Salah satu orang yang mengagumi seseorang lain. Rasa patah hati yang juga sama, yang saat ini aku rasa.

Mungkin simple, mungkin juga terlalu simple, hingga sesuatu seperti ‘patah hati’ itu kedengarannya lebay.

Patah hati sejujurnya hanyalah bagian dari harapan yang tak akan pernah bisa menjadi kenyataan. Sebagian besar kesalahan pada hadirnya patah hati adalah diri kita sendiri.

Terus, itu salah diri kita kah?
Hey~ kalau aku boleh memilih, aku juga tak ingin patah hati. Kalo boleh milih, aku juga gak mau jatuh cinta terlalu jauh.

Kalau, yah kalau boleh milih soal perasaan yang tumbuh. Gak kayak pacaran, kamu bisa milih. Tapi soal jatuh cinta, aku nyerah, iya, aku selalu gagal dalam mengendalikan siapa aja yang boleh aku sukai ataupun engga.

Oke. Berita buruknya, orang itu udah punya dia yang lain. Opsi yang perlu aku perbaharui adalah: move on.
Meski aku gak bisa janjiin ke diri sendiri, kalau opsi yang aku pilih untuk dilakukan bisa berhasil. Seenggak nya, aku bisa buktiin diri bahwa aku gak selemah itu.

Dan patah hati gak semenyeramkan kata orang-orang. Asal kita ikhlas buat ngerelain dia yang pernah singgah sebentar di hatimu.

Hey, kamu, aku doain langgeng. Aku gak sejahat itu buat doain kamu yang jelek. Dan aku juga gak sepicik itu buat nikung kamu dari dia. Kamu sama dia, dan kamu pilih dia.
Itu artinya, aku perlu mengalah dan relain apa yang seharusnya engga aku biarkan tumbuh di hati. Makasih ya, udah memberiku kepastian soal ini, sehingga dengan begitu aku bisa ambil keputusan dan kesimpulan dengan baik. Tentang suatu meng-ikhlaskan apa yang gak seharusnya aku miliki.

But, thanks, udah pernah singgah sebentar mewarnai debaran jantung aku.
Love more time.

© Nida, yang tengah patah hati


Semarang, 30 Oktober 2015.

Friday, February 5, 2016

CERITA PENDEK


Cerita ini di tulis, saat orang yang nulis lagi bete – kesel – dan kesepian (*eeeeh, engga kesepian ding, peaceee)

Tadinya mau di upload via facebook. Tapi, sangat di sayangkan…
Nida punya blog buat apa, coba? Yaudah dah, upload via blog aja. Sekalian ngasih foto pemerannya kan biar kek di wattpad :p

Hehe, Happy Reading. Semoga gak absurd, geje dan nyambung ceritanya yak *muacccch.
***

“Ngelamun?” ujar seseorang, ia kemudian ikut duduk di samping lawan bicaranya.

“Hmmm…” dengan malas, gadis itu hanya bergumam untuk menangapi pertanyaan terbasi baginya. Cuek, dingin, dan terkesan gak peka, sudah menjadi kebiasaan untuknya belakangan ini.

“Lo kenapa? Cerita dong, ke gue…” ucapnya manis, tangannya mulai penepuk pundak Layla pelan. Memberi ketenangan untuknya, “siapa tau gue bisa ban…”
Refleks, ucapan Farel -cowok terganteng se-jagat raya- (*hueeekkks, ganteng hooh? wkwk) terhenti, ekspresinya aneh, saat tangannya di tepis dengan kasar oleh Layla.

Penolakan.

Gak biasanya, Layla menolak tindakan penenangan yang biasa Farel lakukan padanya. Ini kedua kali, sejak persahabatan mereka 4 tahun yang lalu, saat mereka baru kelas 11.

“Ay, lo kenapa sih?” tanya Farel lembut. Menghadapi cewe seperti Layla emang butuh usaha ekstra, bahkan lebih ekstra daripada meladeni Vania, pacarnya yang baru berusia satu iket jagung (?)

Layla hanya diam, wajahnya menghadap ke area lain, membelakangi Farel.

Dengan kesal campur frustasi, Farel mengacak rambutnya yang emang berantakan, bingung dengan situasinya.

“Ay, ngomong atau gue pergi.” ucapnya, kali ini, tak ada nada kelembutan dalam ucapan Farel.

ting… ting…

Hening.

Farel hanya mendesah pelan, ia akhirnya memilih untuk meninggalkan tempat itu sebelum kekesalannya bertambah dan kesabarannya hilang. Gak. Farel gak mau marah-marah dengan orang yang paling ia sayangi sejak SMA, orang yang sudah ia anggap adik sendiri. Membiarkan Layla merenungkan masalahnya sendiri, mungkin, adalah jalan terbaik buatnya, pikir Farel.

Tapi, ternyata, apa yang Farel kira itu… salah.
Bagi Layla. Tindakan Farel adalah tindakan akhir dari segalanya. Segala suka-duka persahabatan mereka yang akan segera berumur 4 tahun.

Karena, sejak Farel dan Vania pacaran. Layla merasa ada yang berubah. Bukan karena Layla cemburu pada kenyataan Farel menyukai dan mencintai gadis lain, terlebih karena Farel telah melupakan Layla. Seakan dunia Farel hanya untuk Vania. Gak pernah lagi sejak Farel dan Vania pacaran. Mereka melakukan hal-hal konyol berdua, bahkan, Farel tak pernah lagi bisa menemani Layla hanya untuk sekadar makan siang bersama.

Air mata, yang semenjak tadi menjadi pertahanan paling akhir yang bisa Layla tahan, akhirnya… tumpah ruah, membasahi pipinya yang chubby.
Layla menghela nafas penuh dengan perasaan campur aduk setelah puas menangis dan membersihkan air matanya dengan tisu basah, ia bangkit, berjalan pelan menuju tempat kost-nya, dan menutup pintunya rapat-rapat, melanjutkan kegiatan menangisnya yang tertunda.

Di tempat lain, Farel tengah berbahagia dengan Vania. Sesekali mereka saling mencicipi menu makanan yang mereka pesan. Vania dengan riang, bercerita mengenai pengalamannya makan es krim di tempat legendaris ini.

“Jadi, ini tempat favoritmu?” tanya Farel tanpa berhenti menyendok cheesecake pesanananya. Salah satu kue favoritnya dan favorit Layla, jika mereka mengunjungi tempat ini, bersama.

Kenapa Farel malah jadi keinget Layla, ya?

Duh, cewek itu udah pulang belum? Lagi ngapain? Udah makan belum, ya? Apa perlu gue beli kue-kue ini dan es krim untuk Layla? 

Pikiran Farel meracau kemana-mana, dan semua itu menyangkut Layla! Bahkan, Vania yang masih sibuk bercerita panjang kali lebar sama sekali gak dapat respon.

“Sayang, kamu kok ngelamun?” tegur Vania, ia mencubit lengan Farel dengan gemas, “Aku ngomongnya panjang-panjang gak dengerin? Duh… capek deh, ya.” Vania cemberut, pipinya yang tirus -berbeda dengan Layla yang cenderung chubby semakin membuatnya terlihat cantik, bak model.

Jika itu Layla, Farel pasti langsung mencubit pipinya gemas. Tapi, ini Vania, pipinya di cubit gak berdaging, ntar malah kesakitan deh tulang-tulangnya, kan kasian. Akhirnya, yang selalu Farel lakukan, cuman tersenyum penuh kharisma cewek manapun, pasti meleleh dan membalas genggaman tangan Vania di lengannya.

“Aku dengerin, sambil menerawang… jadinya kan ngelamun.” Farel kembali mengumbar senyumnya sejenak, “kamu sih, ceritanya menghayati banget.” Padahal itu bohong. Yaaa, demi kebaikan bersama. Kalo ada yang marah, bisa berabe permasalahannya deh.

Vania semakin mendekatkan dirinya ke arah Farel. Ia ikut tersenyum dengan bahagia.
Mereka akhirnya pulang saat matahari sudah mulai menguning. Gak lupa, Farel membeli beberapa es krim kesukaan Layla dan dua porsi cheesecake sebagai oleh-oleh. Saat Vania tanya itu untuk siapa, Farel cuman bilang, “Buat temen-temen kost, sayang.” gituuu deh.

-bersambung.

Bodo amaaaaattttt!!!!
Mau ceritanya nyambung atau engga.
Bahkan ini lebih mirip ceritanya Dion, sama Aida.
Mboh lah. Nida akhir-akhir ini sukaaaaaa banget sama persahabatan cewek-cowok yang begituan, wkwk (*efek kesepian.)
Lanjutannya ntar yak, kalau mood bete aku menyerang kembali. Soalnya, akhir-akhir ini semakin sibuk. Sibuk liburan yang tertunda, hmffffft. Sedih bet dah. Gagal pulang.
Temen-temen di Serang udah pada bilang, “Bu toyiiiiiib. Neng toyiiiib. Istri toyiiiib.”
Lah, emangnya, aku punya pacar di sana? Weeeek, aku single gini. Pulang-pulang juga pasti ketemu kalian, terooos cuman di tagihin oleh-oleh doang -___-

Oke, bye! See you, kesayangan :*