Wednesday, February 14, 2018

NYERAH, JANGAN?

Satu hal yang perlu orang tau: Gue itu tipe orang yang hanya baik ke orang yang juga udah baikin gue. 

GITU.

Tau, gak? berapa banyak rahasia masing-masing dari kita. Contohnya, gue sendiri, Gue aja gak bisa jujur ke diri sendiri. Gimana mau jujur sama orang lain?

Gini, gue ceritain suatu cerita nih. Pernah denger kan kata-kata: Selalu ada pelangi setelah hujan. Suatu hari menjelang senja di tempat tinggi berkabut, gue ngeliat pelangi. Gue mikir, "Ohiya, buat ngeliat pelanginya aja harus nerjang ujan dulu... bakal masuk angin ini mah, dah gitu jalannya berkelok pula, susah banget dilalui."
Yaitu, lo kalau mau mencapai sesuatu, harus usaha dulu. Masuk angin mah bukan apa-apa deh. 

Sepanjang hari itu, meski kesel dan basah... gue BAHAGIA!

:")

Besoknya gue masuk angin (lagi), wkwk.

Nah, terus apa? Gak apa-apa sih. Gue cuman mau ngasih tau buat orang-orang yang lagi kena musibah, masalah, apa gak galau, stress, yagitu deh. Buat diri gue sendiri juga.

Gue cuman mau ingetin. Gausah takut. 
Hadapi aja.
Ya, meskipun gue sendiri aja kadang kewalahan, terus sering banget pengen nyerah berjuta-juta kali. Tapi akhirnya gue mikir tentang seberapa usaha orang lain yang lebih dari gue, seberapa berat masalah orang lain yang lebih dari masalah gue sendiri.

GUE KUAT KOK.

Gue bilang ke sahabat gue yang rempong gak pernah absen tanya, "Lo kenapa?" 
"Lo kenapa, Nidake?"
"Nidakeeee, ceritalaaah."

Ya gue gapapa. Gue bukannya gak mau cerita. Buat gue, nulis aja udah cukup. Lo bantu doa aja udah cukup. Lo tetep disisi gue aja udah cukup. Cukup banget.

Setiap kali gue sial, gue senyumin aja. Gue ikhlasin aja. Gue pernah nangis diem-diem malah. Gatau harus apa, gatau mau apa, gak nafsu makan, gak nafsu ngobrol. Pikiran gue kemana-mana. Pundak gue berat. Kepala gue mau pecah. Rasanya kayak... gue pengen mati aja. 

Gue kesel. Sedih. Malu. Marah. Ke diri gue.

Pada titik itulah, waktu orang-orang gak peduli. Rasanya gue gak punya siapa-siapa lagi. Gue pengen pergi aja yang jauh. Capek.
Terus suatu pagi, gue kayak terbangun gak tau kenapa. Gue nangis tiba-tiba, gue ingat Allah.swt. Sejam kemudian umi telefon gue, tanya kabar, dll. Meski sambil ngomel sih, tetep aja gue bilang baik-baik kok. 

Ohiya. Gue lupa masih punya keluarga disisi gue. Gue juga punya sahabat. Gue kok selemah ini. Nah, tujuan gue hidup tuh apa? Mulai lagi dong dari awal.

Yaudah. Gue bangkit. Tepatnya mencoba bangkit.
Jujur aja gue takut gak mampu. Gatau kenapa.... sampe sekarang gue baik-baik aja. Gue bahagia. Gue banyak bersyukur. Gue minta ke sahabat LDR gue buat selalu ada buat gue meski jauh, saling doakan.

Ya gue kenapa baru sadar?
Hidup gak se-menyeramkan itu kok. Hidup itu tergantung pilihan lo. Seengaknya, kalo nasib lo jelek. UBAH ITU.

Guys. Lo tau kan kalo lo nyerah itu sama aja kayak bunuh diri?
Jadi... BANGKITLAH. Berjuang. 

Gue harap, siapapun lo. Masalahnya bisa cepet teratasi yaaa.
Ingat. Kamu beragama,kan?
Kamu punya Tuhan. Seperti aku, yang punya Allah.swt ^_^

SENYUMLAH. MAKA, HARIMU AKAN BAIK-BAIK SAJA


Salam dari Nidake,
yang dulu juga pernah berada dititik ingin menyerah.


Friday, February 9, 2018

KANGEN APA RINDU

Suatu sore. Pada bulan February. WhatsApp.

"Aku kangen"

"Aku tau...."

"Kangen banget."

"Siapa suruh kamu tak mampir kemarin?" katanya. Tampak jutek.

Aku tau, seberapa sibuknya dia. Seberapa lelahnya dia. Seberapa susahnya sinyal disana.

Mengingat dia, rasanya aku pengen nangis. Ada sahabat cewek yang siap sedia dengerin curahan hati ini. Tapi dia adalah... satu-satunya dan salah satu, yang pertama, yang kuanggep sebagai sahabat cowokku. Sebagian besar dari dirinya meski banyak hal yang belum ku-tahu. Aku selalu percaya padanya.

"Maaf." balesku sore itu.

"Tapi aku kangen." kataku lagi, lagi, dan lagi.

Tahu, gak? Aku gak pernah terang-seterangan itu pada orang lain. Bahkan untuk mengatakan kata: kangen.

"Kamu sibuk?"

Tak ada repon...

"Kamu marah?"

Masih tak ada respon.

"Jaga kesehatan, disini hujan, bro"

Kuharap hal itu bukanlah akhir dari obrolan. Jadi, kuharap... sesibuk dan selelah apapun, dia akan membalasnya.

"Aku kangen. Selamat Malam."

Iya, di read doang :(
Suatu pagi, dia pernah bilang kalau kemarin ketiduran dan sangat lelah dan paginya juga terlalu sibuk untuk membalas pesanku.

Kok kangen dulu, ya?
Waktu kamu selalu ada dengerin keluh kesahku yang panjang x lebar, dengerin ceramahku yang sama, dengerin umpatan kasarku meski akhirnya tak kau respon, dengerin aku nangis sambil nyanyi. Aku kangen suatu hari, kamu mengatakan rindu pada suaraku.

Kangen.

Katanya, rindu berat?
Kangen sama rindu sama, kan?
Eh, bro...
Kamu pasti bakal ngolok aku kalau baca postingan ini: "kesepian tah lo?"

Terus ketawa lebar, ya kan?

Ih, terserah. Aku cuman kangen.
Pada titik-titik tertentu aku pengen curhat lagi ke kamu kayak dulu.
Bahkan curhatin gebetanmu pun aku relaaaa.

Pokoknya kangen!


Dari Nidake,
yang lagi kangen berat... gatau kenapa :(



SATU BAIT PINTAKU

Jangan.

Bukan jangan rindu, seperti kata Dilan.
Ya, menurut dia rindu yang berat.

Menurut aku hiduplah yang berat.

Jangan.
Bukan jangan tidur malam-malam, karena kata Dilan ntar bikin sakit.

Menurut aku, jatuh cinta pun juga :(

Jangan. Jangan. Jangan.
Suatu hari, seorang yang kusebut dirinya gembel mengatakannya dalam obrolan malam melalui WA , "Tapi kenapa yaa lo mah pasti deh ada kendalanya, yaitu: udah punya pacar."

Biar kuceritakan kisah masa laluku... tentang aku yang selalu jadi pihak paling dirugikan dalam suatu hubungan, tentang aku yang diam-diam mengharap, diam-diam menangis, diam-diam merindu, diam-diam berdoa dalam sunyi.

Kamu tau, gak? beberapa rasa ku yang hadir selalu saja tanpa permisi. Aku gampang terpengaruh pada hal-hal kecil seperti perhatian-perhatian tanpa terduga. Saat kamu bertanya kabarku, atau saat kamu bertanya gimana harimu? Sudah makan atau belum? Sudah absen pagi siang sore maghrib isya?

Hal yang teramat sederhana, bukan?

Maka dari itu. Jangan.
Jangan bikin aku pada akhirnya jatuh, lalu kamu tinggalkan.
Masa laluku telah kelam untuk cerita yang sama tentang orang-orang yang pergi, karena suatu hal.

Jangan.
Aku gatau, seberapa lama rasa nyamanku yang telah tumbuh harus terobati di suatu hari nanti.

Dear, kamu...
Meski pada akhirnya inilah salahku. Tapi jangan :(
Meski nyatanya aku cuek dan tak peduli. Tapi jangan :(
Meski kelihatannya aku baik-baik saja. Tapi jangan :(
Kamu gatau. Serapuh apa rasa ini, yang sewaktu-waktu kuingin berteriak dalam dada. Bahwa aku rupanya tak sekuat baja.


Dari Nidake, 
Yang sudah lama tak menulis.