Sunday, May 5, 2019

Tentang Kamu

sumber gambar: google

Kita selalu menemukan orang-orang baru, selepas merelakan ia yang telah pergi. Siapapun itu. Orang-orang baru selalu datang, tak terduga. 

Dan aku, masih belum menemukan jawabannya. Tentang alasan-alasan semua hal, yang terjadi, tak terduga dan seakan punya arti. Kita semua mengerti, selalu ada yang datang kemudian pergi. Tapi untuk tujuan apa?

Selepas wisuda, tujuan banyak orang-orang yang dahulunya dekat denganku sudah berubah. Gak lagi pada tujuan yang sama. Kita bukan berpisah, kita hanya jalan di arah yang berbeda. 

Selepas out dari tanah rantauku, Semarang. Aku kehilangan banyak teman-teman yang dulunya kemana-kemana bareng, menjadi masing-masing, asing, jauh dan untuk menyapa pun sungkan. 

Selepas putus dan patah hati, pun sama. Aku hanya terus berfikir tentang satu hal. Seseorang pernah bilang, "Temukan pagimu, selepas senja itu pergi."

Pada akhirnya, aku punya satu jawaban: ikhlas.

Melepaskan memang gak mudah, mengikhlaskan pun gak segampang itu, butuh waktu, butuh keyakinan, dan butuh rasa percaya... bahwa, kamu bisa. Untuk lebih baik lagi, menemukan, mencari, terus bergerak, berbahagia.

Episode catatan postingan ini adalah tentang kamu, yang datang selepas patah hati kesekian kalinya. Kamu menawarkan kebahagiaan, disisi lain kamu juga menawarkan luka. Kok bisa?
Satu. Prinsip kita berbeda.

Hey, aku pernah menjadi seseorang yang sesabar itu hingga akhirnya menyerah. Kamu membuatku tidak menjadi diriku sendiri. Itulah alasanku menyerah.
Aku gatau, setiap kali kamu bertanya padaku tentang banyak hal yang pada akhirnya kusadari, "Kita tak pernah satu tujuan."


Jangan terlalu sibuk pada apa yang ingin kamu capai, cobalah nikmati waktumu bukan untuk hanya bekerja. Cobalah lebih peka lagi, cobalah memahami seseorang dari sudut pandang yang berbeda. Cobalah menjadi pendengar yang baik jika kamu tak bisa memberikan apapun, Dan jangan pernah berjanji jika akhirnya akan kamu ingkari.

Aku pamit. Eposide ini adalah episode terakhir tentangmu pada hari-hari yang kulalui. Bersamamu aku pernah merasakan punya masa depan yang pasti, bersamamu aku pernah belajar rasanya menunggu, bersamamu aku pernah merasakan aku memilikimu tapi sebenarnya aku tetap kesepian.



"Suatu saat kau akan mengerti, mengapa sesuatu datang dan pergi. mengapa sesuatu tetap tinggal, mengapa seseorang yang mengaku ingin tinggal tapi tiba-tiba pergi. Suatu saat kau akan mengerti, bukan dengan jawaban, tapi dengan pengganti yang sepadan." -sdavincii


Dariku, yang sudah mulai ikhlas melepasmu
Annidake

Selamat Tinggal Kamu

Tulisan ini di dedikasi untuk kamu. Yang kuharap akan sedikit meluangkan waktumu untuk membacanya sejenak. 


Hai, mas. Apa kabarmu? rindu aku gak? hehe. Apakah hanya aku saja yang rindu kamu? Dari sekian harap, aku sudah mencoba memperbaiki banyak hal di dalam hubungan kita. Aku mencoba, sebisaku, semampuku, apapun itu. Iya. Udah kucoba apapun, ingat?

Berulang kali kutanyakan kamu, "kenapa?"
berulang kali aku meminta penjelasan kamu, "ada apa, ngomong...."
Aku bahkan sudah memberi cukup ruang, cukup space, dan cukup jarak. Belum cukupkah semua itu?

Hei, mas... pada akhirnya, di keputusan akhirku... aku memilih mundur.
Bukan karena ada pria lain, bukan karena jenuh, bukan pula karena rasa sayang dan cinta aku ke kamu itu hilang. Aku mundur, aku pamit, aku pergi, aku memilih terluka sekarang. Aku memilih berhenti berjuang, sebab kamu tak pernah lagi menghargaiku.

Ketika cerita tentang kita usai, saat kamu memutuskan untuk melepaskan tanganku, saat aku memilih untuk membuat keputusanku agar berhenti. Saat itulah, aku menyadari beberapa hal tampaknya tak pernah membuatku cukup bahagia dan menjadi diri sendiri bersamamu. Aku sempat ragu dan merasa menjadi orang paling menyesal pada awalnya. 

Hai, mas. Makasih ya, darimulah aku belajar artinya sabar dan kedewasaan dalam menanti. Aku sudah cukup. Cukup sampai disini. Kamu perlu tau, aku telah berusaha semampuku, sekuat tenagaku, terus mencoba memegang tanganmu dan mencari pundakmu disetiap ku ingin bersandar. Waktunya aku pergi, jangan pernah berharap waktu akan mempertemukan kita kembali untuk hal yang sama. Kuharap, waktu akan mempertemukan kita berdua untuk mengingat bahwa aku dan kamu pernah menjadi kita untuk sama-sama belajar. 

Kamu pria yang baik, semoga Allah.swt mempertemukan kamu dengan perempuan yang lebih baik lagi daripadaku :')





Dariku, yang waktu itu pernah memohon padamu untuk tidak pernah pergi
© Annidake

Wednesday, March 20, 2019

Definisi Senja yang Tak Terjawab

"Senja seindah apapun yang kamu jumpai, akan menghilang di penghujung hari."  --Akhir, 2018


Hari itu, aku menyadari ada banyak senja-senja yang pernah hadir di hidup seseorang. Definisi senja yang sesungguhnya itu apa?

Sama seperti layaknya kita mencari arti jati diri kita, kita mencari definisi senja kesana-kemari. Seseorang pernah bilang padaku. Meski dipenghujung hari senja yang indah akan menghilang, esok ia akan datang kembali jauh lebih indah, berilah waktu untuk senja, biarkanlah menghilang, sambut malammu, begitulah caramu mengetahui bahwa senja bukanlah perpisahan. 

Ya. Definisi yang terlalu dalam, bukan? aku pun gak paham. Sampai sekarang.

Juni kemarin di 2018, baru saja kutulis sebuah kata perpisahan tentang melepaskan. Juni itu pula seseorang bertaruh padaku dalam piala dunia, menawarkan padaku komitmen, memberiku banyak janji-janji yang akhirnya kumakan bulat-bulat dan mengatakan banyak hal lain tentang masa depan bersamanya. Patah hati memang selalu menghadirkan kesempatan-kesempatan lebar bagi orang-orang semacammu. Lagi, kaupun mengerti. 

Aku menerimanya, yang kemudian dipatahkan kembali dengan sebuah kata, "Maaf."
Semudah itu? Lucu, kan. 

Pada November 2018, kamu pernah mengatakan padaku tentang hal-hal yang ingin ku tanyakan, "Ketika fasenya datang... Kalau nanti begini... Kamu bakal begitu gak.... Kamu janji?"

Hari itu, kamu berhasil menyakinkan aku untuk memilihmu, "aku gak main-main," katamu. Semuanya dipatahkan dengan ketika kamu akhirnya melepaskan tanganku.
"Maaf. Mari kita saling memperbaiki diri dulu yaa Annida. Aku yakin, kalau kita berjodoh. Akan ada kesempatan lagi untuk kita berdua."

Hey, kamu melepaskan tanganku. Kenapa aku harus terus berjuang pada hati yang tidak ingin diperjuangkan? Kenapa aku harus mengharap? Kenapa aku harus memohon agar kamu tetap memegang tanganku? Sesabar apapun aku, bagaimanapun aku berusaha untuk mempertahankan kita, seberapa kerasanya aku mencoba mengalah, memberimu space, kamu tetap melepaskan.

Pada akhirnya, aku mengerti. Kamu sama saja. Seperti laki-laki lain yang hanya berjuang di awal. Kamu belum mampu membuat komitmen, kamu kekanakan, puas?
Kamu bahkan gak mencoba memahamiku, seberapa keras usahaku, gak pernah kamu hargai. Aku menyerah dan memilih untuk berhenti, sebab  hubungan adalah tentang dua hati yang saling berjuang dan ketika salah satunya berubah, maka pilihan terbaik hanyalah mundur. 

Hari itu, saat kamu melepaskan aku, aku menyadari... hubungan kita sudah lama tidak pada satu frekuensi.Tak akan pernah ada kesempatan keduakah?

Aku sudah memberikan seluruh kesempatanku, yang akhirnya kau sia-siakan lagi. Daripada sibuk berharap, aku lebih memilih sibuk untuk belajar mengikhlaskan. Jadi, tolonglah... berhenti memberiku harapan-harapan yang pada akhirnya kamu katakan sebuah permintaan maaf lagi di akhir cerita. 

Kisah kita sampai disini, ya. Maaf. Kesempatanmu sudah habis. Biarkan aku mengikhlaskan segala luka ini. Biarkan aku belajar lebih baik lagi. Menemukan yang lainnya.

Dear kamu, makasih ya. Untuk segala hal. Meski bukan ini akhir yang aku harapkan, kamu pernah membuatku percaya kembali pada hal-hal sederhana yang bisa seseorang berikan. Kamu pernah  membuatku bersinar dan berpijar, kamu pernah membuatku merasa menjadi berarti, membuatku belajar sabar. Tuhan mengirimmu agar aku bisa lebih tangguh lagi menerima luka. Dimasa depan, semoga kamu menemukan seseorang yang jauh lebih sabar daripada aku, menyayangimu jauh lebih dari aku, mememberikan cinta dengan tulus dan tak pernah menyerah untuk terus berada disisimu. Semoga. Aku pun juga, akan menemukan orang yang satu frekuensi denganku.

Aku benar-benar pamit. Selamat Tinggal Senjaku pada Februari 2019!!! 






Dariku, yang kembali dipatahkan
 Annidake