Tuesday, June 14, 2016

RUMAH UNTUK PULANG




sumber: google.com

Saat aku masih duduk di kelas 4 SD, abi dan umi memutuskan untuk pindah rumah, jauh dari Kota tempatku lahir dan menghabiskan sebagian masa kanak-kanak. Ada banyak kenangan yang tersisa disana. Tentang cinta pertama, atau tentang teman-teman yang kadang kala menyebalkan, tentang melihat dunia baru yang lebih menarik. saat dimana aku lebih merasa bahwa hidup itu berwarna.

Untuk mengadu nasib, katanya. Kalau abi gak memutuskan untuk pindah, mungkin aku, kakakku, juga adik-adikku, gak akan mendapatkan pendidikan sebaik ini, hingga sampai pada jenjang Perguruan Tinggi.

Bagian kenangannya, masa kecil di tempat kota kelahiranku adalah masa kecil paling bahagia yang pernah aku lalui sepanjang hidup. Seperti kebanyakan orang, aku bertengkar setiap hari dengan mba Laila, main kucing-kucingan dengan umi, sampai seluruh tetangga tau kebiasaan kami.

Kita juga selalu banyak bertengkar ala cewek, ala kakak-beradik. Rebutan baju, barang, rebutan alat sekolah, dan saling berebut perhatian orang tua.
Bagian terbaiknya, kita tetap saling mengkhawatirkan satu sama lainnya, setiap saat. Dan aku gak pernah berhasil mendefinisikan bagian ini, meski aku masih ingat pertengkaran kemarin, saat mereka gak ngasih kabar, kita akan saling khawatir. Begitulah.
Keluarga.

2016. Kakak tertua di keluargaku lulus, dan aku memasuki semester 4 -5. Adik nomer 3 pada pertengahan Juli masuk ke sekolah tingkat menengah. Intinya, kita semakin dewasa.

Untuk mba Laila yang harus merantau kembali demi karirnya, untuk diriku yang rela tak pulang selama satu semester, juga untuk adik-adikku yang harus bekerja keras melawan kesibukannya di sekolah. Abi yang sibuk mencari nafkah. Dan untuk umi, yang saat ini menyibukkan diri dengan kegiatan ala ibu-ibu; pergi pengajian, senam, arisan, dll.

Kumpul secara lengkap di dalam keluargaku kian hari semakin jarang, kita hanya bisa ada dalam satu rumah ketika libur panjang, hari lebaran, dan akhir dari bulan Ramadhan.

Waktu adalah harta yang paling berharga saat ini. Dan siapapun, gak bisa mengembalikan waktu ke masa lalu, saat semua anak-anak abi masih sibuk di kamar, ruang tamu, dan depan komputer, mengarap tugas.

Pertemuan kita adalah sesuatu yang berharga, tak jarang, aku selalu mendapat pesan singkat dari Dinda Lintang, “Mba Nida, ayo pulang.”
“Mba, kapan pulangnya?”
“Mba, gak ikut umi sekalian pulang?”

Dan hey, aku sibuk. Sampai waktu tidur dan makanku tak teratur, aku makan larut malam, dan aku tidak tidur lebih dari 5 jam pada hari kerja. Begitulah sibuknya aku.
Aku kelelahan pada akhir pekan, dan setiap kali aku berharap, aku cuman ingin sehat, untuk seluruh orang-orang yang aku sayangi.

Jadi, hanya emot senyum yang bisa aku berikan untuk mereka.
“Iya sayang, bulan depan aku pulang kok.”

Rumah adalah tempatku untuk melepas akhir dari seluruh rutinitas yang panjang, aku bersyukur untuk selalu bisa me-manage waktu dengan baik selama ini.

Aku ingin menjadi seseorang yang membanggakan untuk umi dan abi. Aku ingin meraih mimpi-mimpiku. Aku ingin mengasah diriku sejauh yang aku mampu. Menjadi diriku sendiri, dan bertemu orang-orang.

Aku ingin bebas, terbang, jauh dan tinggi. Aku ingin mencari jati diriku. Aku ingin menuju jalanNYA dengan caraku. Sesederhana itulah apa yang aku ingin.

Keluarga adalah rumah. Tempat dimanapun dan sejauh apapun kamu pergi, selama masih ada keluarga, jumpailah mereka. Karena mereka adalah rumah.

Yang tau tentang dirimu luar-dalam, yang kenal kau sejak lahir, yang ada disaat suka maupun duka, dan yang menyaksikan jatuh-bangunnya kamu mengapai mimpi dari nol. Disitulah rumah, tentang segala keributan terjadi.
“Umi… mba lela nakal, ih.”
“Umi, Dinda sama Lintang main jambak-jambakan.”
“Bibiii, celanaku yang item mana?”
“Abiii, TV nya rusak lagi.”
“Mbaaaa, mascara aku kemanaaaa?”
“Dinda, pelit ih, minta mie nya!”

Rumahku seperti itu.
Gak pernah kehilangan warnanya sejak dulu. Selalu ribut, satu sama lain.
Dan kuharap, kebahagiaan akan bertahan lama sampai pada anak cucu selanjutnya. Disana.
Tempatku untuk kembali dari kesibukan. Tempatku pulang, pada akhir Ramadhan, dan pada setiap liburan semester.

© Nidake
Semarang, 13 Juni 2016

No comments:

Post a Comment

Bikin orang bahagia gampang, kok. Kamu ngasih komentar di postinganku saja aku bahagia.

- Kutunggu komentarmu.