sumber: google.com |
Saat aku
masih duduk di kelas 4 SD, abi dan umi memutuskan untuk pindah rumah, jauh dari Kota tempatku lahir dan
menghabiskan sebagian masa kanak-kanak. Ada banyak kenangan yang tersisa
disana. Tentang cinta pertama, atau tentang teman-teman yang kadang kala
menyebalkan, tentang melihat dunia baru yang lebih menarik. saat dimana aku
lebih merasa bahwa hidup itu berwarna.
Untuk mengadu nasib, katanya. Kalau abi
gak memutuskan untuk pindah, mungkin aku, kakakku, juga adik-adikku, gak akan
mendapatkan pendidikan sebaik ini, hingga sampai pada jenjang Perguruan Tinggi.
Bagian
kenangannya, masa kecil di tempat kota kelahiranku adalah masa kecil paling
bahagia yang pernah aku lalui sepanjang hidup. Seperti kebanyakan orang, aku
bertengkar setiap hari dengan mba Laila, main kucing-kucingan dengan umi,
sampai seluruh tetangga tau kebiasaan kami.
Kita juga
selalu banyak bertengkar ala cewek, ala kakak-beradik. Rebutan baju, barang,
rebutan alat sekolah, dan saling berebut perhatian orang tua.
Bagian
terbaiknya, kita tetap saling mengkhawatirkan satu sama lainnya, setiap saat.
Dan aku gak pernah berhasil mendefinisikan bagian ini, meski aku masih ingat
pertengkaran kemarin, saat mereka gak ngasih kabar, kita akan saling khawatir.
Begitulah.
Keluarga.
2016. Kakak
tertua di keluargaku lulus, dan aku memasuki semester 4 -5. Adik nomer 3
pada pertengahan Juli masuk ke sekolah tingkat menengah. Intinya, kita semakin
dewasa.
Untuk mba
Laila yang harus merantau kembali demi karirnya, untuk diriku yang rela tak
pulang selama satu semester, juga untuk adik-adikku yang harus bekerja keras
melawan kesibukannya di sekolah. Abi yang sibuk mencari nafkah. Dan untuk umi,
yang saat ini menyibukkan diri dengan kegiatan ala ibu-ibu; pergi pengajian, senam,
arisan, dll.
Kumpul secara
lengkap di dalam keluargaku kian hari semakin jarang, kita hanya bisa ada dalam
satu rumah ketika libur panjang, hari lebaran, dan akhir dari bulan Ramadhan.
Waktu adalah
harta yang paling berharga saat ini. Dan siapapun, gak bisa mengembalikan waktu
ke masa lalu, saat semua anak-anak abi masih sibuk di kamar, ruang tamu, dan
depan komputer, mengarap tugas.
Pertemuan
kita adalah sesuatu yang berharga, tak jarang, aku selalu mendapat pesan
singkat dari Dinda Lintang, “Mba Nida, ayo pulang.”
“Mba, kapan
pulangnya?”
“Mba, gak
ikut umi sekalian pulang?”
Dan hey, aku
sibuk. Sampai waktu tidur dan makanku tak teratur, aku makan larut malam, dan
aku tidak tidur lebih dari 5 jam pada hari kerja. Begitulah sibuknya aku.
Aku kelelahan
pada akhir pekan, dan setiap kali aku berharap, aku cuman ingin sehat, untuk
seluruh orang-orang yang aku sayangi.
Jadi, hanya
emot senyum yang bisa aku berikan untuk mereka.
“Iya sayang,
bulan depan aku pulang kok.”
Rumah adalah
tempatku untuk melepas akhir dari seluruh rutinitas yang panjang, aku bersyukur
untuk selalu bisa me-manage waktu dengan baik selama ini.
Aku ingin
menjadi seseorang yang membanggakan untuk umi dan abi. Aku ingin meraih
mimpi-mimpiku. Aku ingin mengasah diriku sejauh yang aku mampu. Menjadi diriku
sendiri, dan bertemu orang-orang.
Aku ingin
bebas, terbang, jauh dan tinggi. Aku ingin mencari jati diriku. Aku ingin
menuju jalanNYA dengan caraku. Sesederhana itulah apa yang aku ingin.
Keluarga
adalah rumah. Tempat dimanapun dan sejauh apapun kamu pergi, selama masih ada
keluarga, jumpailah mereka. Karena mereka adalah rumah.
Yang tau
tentang dirimu luar-dalam, yang kenal kau sejak lahir, yang ada disaat suka
maupun duka, dan yang menyaksikan jatuh-bangunnya kamu mengapai mimpi dari nol.
Disitulah rumah, tentang segala keributan terjadi.
“Umi… mba
lela nakal, ih.”
“Umi, Dinda
sama Lintang main jambak-jambakan.”
“Bibiii,
celanaku yang item mana?”
“Abiii, TV
nya rusak lagi.”
“Mbaaaa,
mascara aku kemanaaaa?”
“Dinda, pelit
ih, minta mie nya!”
Rumahku
seperti itu.
Gak pernah
kehilangan warnanya sejak dulu. Selalu ribut, satu sama lain.
Dan kuharap,
kebahagiaan akan bertahan lama sampai pada anak cucu selanjutnya. Disana.
Tempatku
untuk kembali dari kesibukan. Tempatku pulang, pada akhir Ramadhan, dan pada
setiap liburan semester.
© Nidake
Semarang, 13
Juni 2016
No comments:
Post a Comment
Bikin orang bahagia gampang, kok. Kamu ngasih komentar di postinganku saja aku bahagia.
- Kutunggu komentarmu.