[Re-Posting]
Hingga kesempatan akhir dalam perebutan
kursi PTN.
Hari itu, aku gagal lagi. Untuk yang
kelima kalinya.
Perasaanku cuman... hampa.
Aku hanya bisa berkata, “Hm...”
Sejujurnya, aku berharap bisa berkata,
‘Alhamdulillah...”
Tapi, rasanya waktu itu tak cocok.
Akhirnya. Aku keluar. Mencoba menahan
emosiku.
Aku hampir menangis. Tapi, kucoba untuk
bertahan.
Umi menghampiriku dan bertanya lebih
lanjut, “Kenapa...?”
Aku hanya diam.
Dengan suara parau, kucoba untuk berkata
sesuatu, “Terus, selanjutnya gimana Mi?”
Dan ibuku itu gantian yang diam.
Tampak keringat membasahi dahinya, “Umi
pusing An.” Ucapnya lemah, kemudian menghilang di balik pintu kamar.
Aku terseyum kecut. Kucoba untuk menahan
air mataku kembali.
“Terus... aku harus gimana, Mi? Umi ada
saran?” Aku berbicara pada angin.
Beberapa saat berlalu, ibuku tertidur
pulas. Aku diam-diam membuka chat bbm
dari HP ibuku dan sedikit merasa... yah~ hampa.
Aku membaca bbm ayahku.
Katanya, ‘Oh yaudah gapapa.’
‘Coba aja tahun depan. Ikut les.’
‘Nanti aja, abi lagi sibuk.’
Dan semuanya singkat, memperlihatkan
bahwa ayahku tak marah. Namun, jelas dari pesan yang ia tulis, ada sebersit
kekecewaan terhadapku.
Aku kembali merasa hampir manangis lagi.
Sore hari, kukatakan hal yang sama pada
ibuku. Seperti yang barusan kukatakan pada angin.
Menanyakan sarannya.
Aku sudah lelah dan gak tau harus gimana
lagi.
Katanya, “Coba masuk unsera... Tahun
depan kamu juga boleh nyoba lagi.”
Aku luluh. Kukatakan pada ibuku suatu
hal.
“Aku... udah di tolak terus-terusan. Aku
gak sanggup lagi, Umi.”
“Terus, kamu maunya apa?”
Aku diam saja. Pasrah.
“Udahlah. Masuk Unsera aja...” Katanya
tanpa menatapku.
“Umi... aku punya salah apa? Kenapa
Allah.swt ngasih semua ini ke aku?”
Aku menangis. Ya. Maafin aku. Aku gak
sekuat itu, ternyata.
“Udah gak usah nangis. Gak usah merasa
nyesel,”
“Allah.swt lagi nguji iman kamu itu... semakin
kuat imannya seseorang, semakin kencang anginnya. Semakin berat cobaannya.
Allah.swt yakin kamu pasti bisa melaluinya. Kamu pasti bisa bertahan, bersabar
dan gak menyerah. Mangkanya dia ngasih tamparan yang keras ini ke kamu.”
Dan tangisku semakin menjadi.
Hari itu... aku menyadari satu hal.
Allah.swt lagi ngasih peringatan ke aku.
Allah.swt lagi ngasih tamparan ke aku. Kalau aku menyerah, itu artinya aku
gagal.
Kalau aku berhenti berjuang dan berdoa.
Itu artinya aku kalah.
Aku terus menangis hingga maghrib. Aku menangis hingga sakit
kepala malamnya.
Aku pernah berharap, bahwa ini semua
hanya mimpi. Sayangnya, semua ini nyata.
Bersambung-----
12 Agustus 2014
@Nida
No comments:
Post a Comment
Bikin orang bahagia gampang, kok. Kamu ngasih komentar di postinganku saja aku bahagia.
- Kutunggu komentarmu.