Ada suatu
kutipan dari intagram, “SUKSES adalah tentang bertemu kesempatan
yang PALING TEPAT.” Kesempatan. Aku mulai berfikir soal diriku
akhir-akhir ini. Segala hal yang aku lakukan, segala kesibukan, dan
pengorbanan. Juga segala hal yang telah berlalu, dengan sia-sia maupun tidak.
Berbicara
mengenai kesempatan, salah seorang seniorku pernah berkata, “Kamu
orang yang beruntung. Beruntung banget malahan.” Waktu itu, aku hanya
menanggapinya dengan kekehan kecil, yang bahkan bisa aku artikan: oh, ya?
Aku mulai
berfikir ulang, soal semua yang aku lakukan. Soal kesia-sia-an ini.
Aku mulai
menata kembali lembaran-lembaran soal ujian dari semester 1, nilai-nilai yang
kudapat, aku mulai ragu…
Untuk apa aku
berada disini, berdiri disini, melakukan hal ini?
Untuk apa aku
merantau, mengandalkan uang bulanan orang tua, dengan pemborosan. Untuk apa?
Untuk apa aku
berjuang. Untuk apa aku melakukan hal yang sama –menyakinkan diri- bahwa aku
tak boleh menyerah. Untuk apa semua ini?
Aku mulai berfikir,
dan aku mulai ragu.
Pada suatu
kesempatan, di tengah hujan. Sendirian. Aku mulai merenungkan kembali.
Ini memang
soal hidup aku. Soal diriku, dan soal dirimu mungkin berbeda lagi.
Kesempatan.
Seharusnya aku bersyukur, juga seharusnya aku mulai sadar diri. Aku masih punya
sejuta kesempatan yang mungkin, gak akan di dapatkan orang lain.
Aku mulai
berfikir mengenai beberapa pendapat orang lain. Meski aku type yang cuek soal
hal itu. Aku mulai berfikir ulang, untuk dapat mengevaluasi diri sendiri.
Ada yang
berpendapat soal kegiatan organisasiku, yang kata dia, terlalu banyak menguras
waktu. Sejujurnya, yeah aku ingin berbicara soal organisasi disini.
Dulu, setelah
selesai di HMA, aku berencana untuk keluar dari bagian keluarga Organisasi
Mahasiswa, dan lebih memilih fokus pada studi. Tapi sesuatu memaksaku untuk
kembali di organisasi, aku masuk DPM dengan alasan klise, aku ingin menempa diriku jauh lebih dari ini, karena kurasa,
HMA (Himpunan Mahasiswa Akuntansi) belum bisa membuat diriku sepenuhnya
berfikiran secara dewasa.
Sesungguhnya,
organisasi bukanlah soal aku ingin mendapat kawan dan kenalan baru. Organisasi
adalah tentang pencarian partner yang hebat disana. Partner yang mungkin bisa
membuatmu belajar dari kritik dan saran, dari kesalahan, dan dari tanggung
jawab.
Meski waktu
adalah pengorbanannya, aku sadar bahwa aku mendapatkan lebih dari yang
seharusnya ingin kudapatkan.
Aku belajar
secara perlahan. Dan seniorku benar, aku termasuk orang yang beruntung. Salah
satunya adalah, aku bisa masuk ke dalam jajaran keluarga organisasi mahasiswa
dengan seleksi yang ketat, itu merupakan salah satu bagian: Kesempatan yang
tepat.
Sebenarnya,
aku seperti punya dua kepribadian. Satu pendiam, dan satu anak gadis cerewet
yang kadang memalukan. Bagian kedua adalah hal-hal yang hanya bisa aku
tunjukkan ke beberapa orang. Tentang diriku yang sebenarnya, hanya beberapa
yang tau, termasuk keluarga.
Meski belum
sepenuhnya aku mendapat jawaban soal pertanyaan kesia-siaan yang aku bahas
sebelumnya. Aku tau pasti, sesuatu yang dilakukan dengan usaha dan doa, tanpa
kata menyerah adalah bukanlah kesia-siaan.
Aku tau,
diluar sana, keluarga, sahabat-sahabat jauhku, orang-orang yang saat ini
berjuang bersama ku dengan tulus, turut serta dalam doa untuk segala kebaikan.
Mungkin belum, belum saatnya semua doa dijabah oleh Nya.
Jadi, aku tau
kesimpulannya adalah semua yang aku lakukan, semua pengorbanan, gak ada yang
sia-sia. Selalu, ada jalan terjal, ada kegagalan, ada celah penghalang. Aku
hanya harus percaya, ikuti kata hati, terus berusaha, berdoa dan gak menyerah,
terus yakinkan diri, selalu ada kesempatan. Selalu.
Organisasi, menempamu menjadi pribadi yang tangguh. . . |
Halo
November. Semoga orang-orang diluar sana
juga diberikan kesempatan yang lebih untuk dia agar tak pernah sia-sia
perjuangannya.
Semangat!
Ingat tujuan awalmu berjuang, ketika jenuh dan lelah mulai menghampiri.
-salam dariku
yang lama absent
© Nida
Semarang, 20
November 2015
Repost: I-point, Semarang07 Desember 2015