Ketika kita
jauh dari keluarga, ada yang namanya "homesick"
Bukan rumah yang sakit, tapi hati kitalah yang sakit. Jiwa raga kita… yang juga
berpengaruh pada kesehatan fisik.
Aku mahasiswa
semester 2 tahun ini, pada titik sekaranglah, aku benar-benar merasakan yang namanya
homesick sesungguhnya.
Ketika
Aku Jatuh Sakit.
Entah kenapa... tanpamu di dekatku, aku merasa hampa. |
Waktu masih
tinggal dengan orangtua, saat aku jatuh sakit karena alasan apapun, ibuku
selalu ngomel panjang lebar, mirip kereta api, gak akan berhenti jika belum
tiba di stasiun. Jadi, aku hanya mendengarkannya dengan kesal campur aduk
dengan sebel, toh beliau akan kelelahan sendiri :p
Sekarang?
Lihatlah… aku rindu kata-kata khawatirnya yang khas, “Kamu tadi makan apa sih? Dibilangin gak nurut! Sakit tuh kan…”
“Tidur… katanya sakit kok main hape terus?”
“Dibikinin susu tuh di minum, umi capek
ngurusin kamu.”
Umi, aku
sendirian disini… aku baru saja muntah selepas berbuka puasa, aku menyeduh teh
hangat untukku sendiri, dan kembali tidur. Umi, aku menangis disini… sendirian.
Tak Ada Sambutan Yang Meriah Ketika Aku Pulang.
Tak Ada Sambutan Yang Meriah Ketika Aku Pulang.
Aku tetap menjadi diriku yang absurd dimanapun, bahkan... ketika sendirian. |
Saat aku
pulang ke rumah melebihi pukul 18.00 wib, akan ada seseorang di rumah yang
menyambutku dengan ceramah-ceramah kecil. Aku selalu terbiasa menyusun
alasan-alasan logis ketika itu, alasan yang berbeda untuk menyakinkan ibuku.
Menariknya, beliau percaya. Ketika mengingatnya, aku benar-benar merasa
bersalah sekaligus bahagia. Selama aku tak melakukan hal buruk di luar sana… aku
tak akan menyesal berbohong.
Sekarang,
lihat? Aku pulang pada pukul 12 dini hari karena urusan proker di organisasi pun
tak ada yang menyambutku, apalagi menanyaiku, “Kamu darimana aja, pulang jam segini?”
Hanya
kegelapan kamar kost, selebihnya… hening. Menyedihkan, ya.
Bertengkar
Dengannya Adalah Agenda Rutin Yang Kini Telah Pudar.
Meski tak pernah akur, kita saling bersandar diam-diam. |
Saat ayahku
mengijinkan anak gadisnya yang nomer-2 ini kuliah di luar Kota. Jauh dari
rumah. Saat itulah, akan ada pengorbanan baginya.
Pengorbanan
yang tak penting, namun sebenarnya tak penting itulah yang kurindukan.
Aku bahagia.
Pada awalnya.
Hingga, aku
menyadari… sepi bukanlah sesuatu yang menyenangkan ketika menjadi bagian dari
hidup kita.
Aku rindu, guys. Rindu pada cekcok kedua adikku,
Dinda dan Lintang. Rindu pada omelan umi yang ajaib, rindu pada kepulangan abi
setiap akhir pekan. Rindu mendengarkan Dinda dan Lintang curhat, rindu pada
pertengkaran karena rebutan barang-barang tak penting.
Rindu
rengekkan Dinda yang setiap kali selalu memintaku membuat puisi, atau Lintang
yang selalu memamerkan hal-hal baru padaku.
Sekarang---
Setiap aku
pulang dari aktivitas dikampus, aku akan tiduran di kasur, membuka laptop dan
mendengarkan lagu dengan memejamkan mata. Seperti itu, terus selama beberapa
waktu.
Aku
Kesepian, Aku Tak Nyaman Dalam Keadaan Ini.
Bahkan jika aku tak memiliki 'sahabat' disini... aku masih memiliki mereka, disana. |
Jika kau
bertanya padaku tentang teman-teman. Aku punya mereka… aku kenal banyak orang
disini. Namun, kenapa aku kesepian?
Definisi
sesungguhnya dari kesepian adalah diri kita sendiri. Meski dalam keramaian,
selama aku gak merasa nyaman, aku tak pernah bahagia.
Aku punya
beberapa hal yang menjadi rahasia dalam hidupku. Meski aku mencoba terbuka pada
lingkungan manapun, akan ada saatnya, keadaan membuatku sadar bahwa aku tak
bisa.
Aku kesepian
dan takut. Aku takut pada hal yang lebih menyeramkan dari yang aku pikirkan.
Ketakutan itu telah ada sejak aku masih kecil, semacam trauma.
Aku pernah
berharap, dan masih berharap… Semoga lingkungan ini dapat membuatku terus
bertahan dan menjadi gadis yang kuat.
Aku
Ingin Membuktikan Padanya, Bahwa Aku Mampu.
Merekalah bahan bakar untukku berjuang mengapai mimpi. |
Ada alasan
kenapa aku masih tetap bertahan, masih tetap berjuang, juga masih tetap berdiri
teguh pada prinsipku.
Alasan itu
sangat klise dan menjadi alasan yang
terlalu umum. Namun bagiku, alasan itulah kenapa aku punya mimpi dan berjuang
untuk mewujudkannya.
Aku ingin
membuktikan, bahwa pada keadaan seperti ini. Aku bisa berhasil. Aku bukan nomer
2 yang lemah (^.^v)
Doakan
selalu, anak gadismu ini, abi, umi…
Semoga
Allah.swt mengijinkanku untuk kembali dengan kebanggaan di hadapanmu, aamiin!
Aku janji akan menjadi Nida yang strong-- |
Aku. Yang
kesepian disini,
© Nida
Semarang,
30 Maret 2015
23.42
wib