Organisasi
adalah wadah untuk orang-orang aktivis di kampus, sekolah maupun lembaga formal
informal lainnya. Organisasi merupakan rumah ‘tujuan’ kedua setelah tujuan
utama. Ketika kita memutuskan untuk ikut dalam lingkaran organisasi, kita akan
membuat komitmen yang mau tak mau, harus menjadi tujuan kita hingga akhir.
Pada titik
tertentu, setiap orang dalam lingkaran yang mengikat akan merasakan yang
namanya; jenuh. Semacam fase kehilangan semangat yang terjun secara dratis.
Di
Fase Inilah, Aku Berusaha Tetap Berjuang.
Aku tau,
tindakanku telah membuatmu kecewa, kak. Aku pun kecewa pada diri sendiri.
Namun, mengingat bahwa aku juga sama-sama berjuang keras untuk menyakinkan diri
adalah suatu hal yang patut dihargai.
Meski klise,
kau pasti paham rasanya. Rasa yang sama ketika seseorang ingin menyerah pada
tujuan awal sebenarnya. Karena komitmenku, aku berjuang menyakinkan diriku
untuk bangkit. Menyakinkan diri bukanlah perkara mudah.
Aku pernah
berjuang dalam situasi yang sama. Semakin aku membandingkannya dengan masa
lalu, semakin aku paham bahwa alasan jenuhku adalah sesuatu yang jauh berbeda.
Tak ada lagi
orangtua yang ngomel panjang lebar sore hingga malem, karena aku pulang
terlambat. Tak ada lagi nilai turun dratis, karena aku terlalu sibuk mengurus
proker-proker besar dibandingkan tugas-tugas kecil. Tak pernah ada yang
memarahiku hanya karena aku telat makan, hingga jatuh sakit.
Aku merasa
bebas. Tapi, kenapa aku jenuh?
Aku sadar,
aku tak bahagia di dalam lingkaran ini. Kau pikir, apa alasannya, kak?
Setiap malam
pada hari tertentu, ada pemberitahuan darimu perihal rapat rutin, di tempat
sekian, jam sekian. Aku membacanya dengan menghela nafas, panjang. Cukup
panjang untuk menjelaskan kalau itu adalah kata lain dari frustasi.
Rasanya, tak
seperti awal-awal periode di organisasi ini, yang bahkan walaupun hujan maupun
panas, aku tetap menebus sekian rintangan untuk dapat mendengarkan
ocehan-ocehan ringan kalian.
Hanya
memikirkan sekadar turun dari kasur-mandi-dan jalan kaki ke tempat yang kau
maksud saja sudah membuatku lelah. Aku merasa, datang dalam agenda rapat rutin
dan bertemu dengan anggota lainnya merupakan buang-buang waktu yang tak
penting.
Sejenak, aku
ingin bertanya, apa kau tau alasannya, kak?
Pernahkah kau
berfikir, apakah aku yang tak profesional atau keadaan yang membuatku menjadi
seperti ini? Setiap tindakan selalu ada alasannya, bahkan, saat aku menjawab:
malas. Juga pun merupakan alasan.
Aku tak
pernah sendirian. Aku tau, bukan hanya aku yang merasakan apa yang tengah aku
hadapi. Meski dengan alasan berbeda. Kita sama-sama merasa jenuh. Jika dia
perlahan mundur, aku memilih untuk tetap maju walau setengah hati.
Kak, semoga
kau tak terlalu kecewa sebelum tau alasan yang sebenarnya dari mereka.
Dan kuharap,
mereka juga tau diri dengan tidak bertindak terlalu naif. Walau berat, tak pernah ada yang boleh lari dari tanggung jawab.
Aku gak
peduli apa kata orang lain, bagaimana mereka memandang aku. Sebenarnya, aku ‘mencoba’ gak peduli. Karena itulah, aku
takut pada diriku sendiri.
Semakin
dewasa dan kompleks permasalahan yang setiap orang punya, aku tau bahwa aku tak
harus menjadi sempurna dan menyenangkan setiap orang. Meski harus dibenci dan
dicaci, jika aku ingin, aku akan melakukannya.
Beruntungnya,
kak, aku masih punya akal sehat. Aku masih tau batas. Dan aku cukup ngerti
untuk tidak melanggar komitmenku sendiri.
Aku masih
bertahan karena aku ingin. Rasanya tinggal setengah periode lagi itu terlalu
menyiksa.
Meski
keterlaluan. Aku menulis ini bukan untuk menyindirmu, kak. Jadi jangan salah
paham. Aku menulis ini untuk kebaikanku, juga mungkin, kebaikanmu.
Karena,
ketika suatu kondisi seperti ini datang. Selain pada Tuhan, aku ingin bercerita
padamu. Berkeluh-kesah di depanmu. Dan atau kalau bisa, aku ingin memohon
bantuanmu.
Ini adalah
masalahku. Meski keadaan juga turut salah. Ini tetaplah masalahku. Ada
sisi-sisi tertentu yang membuatku berhenti melangkah dalam tujuan awal.
Kuharap, kau mengerti maksudku… Memahami apa yang ingin kusampaikan. Dan
menolongku.
Ulurkan
tanganmu, kak. Bantu aku bangkit lagi seperti awal sebelumnya. Bantu aku bisa
menjadi diri sendiri dan merasa ‘hidup’ di lingkaranmu, keluarga kita.
Sekali lagi,
maaf membuatmu kecewa. Aku janji akan berusaha semampuku untuk bertahan :v
Dariku yang
hampir terjatuh.
© Nida
Semarang,
27 March 2015
23.25
wib.
No comments:
Post a Comment
Bikin orang bahagia gampang, kok. Kamu ngasih komentar di postinganku saja aku bahagia.
- Kutunggu komentarmu.