Friday, March 27, 2015

Untukmu, Kepala Keluarga Dalam Organisasi.

Organisasi adalah wadah untuk orang-orang aktivis di kampus, sekolah maupun lembaga formal informal lainnya. Organisasi merupakan rumah ‘tujuan’ kedua setelah tujuan utama. Ketika kita memutuskan untuk ikut dalam lingkaran organisasi, kita akan membuat komitmen yang mau tak mau, harus menjadi tujuan kita hingga akhir.

Pada titik tertentu, setiap orang dalam lingkaran yang mengikat akan merasakan yang namanya; jenuh. Semacam fase kehilangan semangat yang terjun secara dratis.

Di Fase Inilah, Aku Berusaha Tetap Berjuang.
Aku ingin berjuang~
Aku tau, tindakanku telah membuatmu kecewa, kak. Aku pun kecewa pada diri sendiri. Namun, mengingat bahwa aku juga sama-sama berjuang keras untuk menyakinkan diri adalah suatu hal yang patut dihargai.

Meski klise, kau pasti paham rasanya. Rasa yang sama ketika seseorang ingin menyerah pada tujuan awal sebenarnya. Karena komitmenku, aku berjuang menyakinkan diriku untuk bangkit. Menyakinkan diri bukanlah perkara mudah.

Aku Tak Bahagia Bersama Mereka.
Meski tersenyum, hatiku berontak...
Aku pernah berjuang dalam situasi yang sama. Semakin aku membandingkannya dengan masa lalu, semakin aku paham bahwa alasan jenuhku adalah sesuatu yang jauh berbeda.
Tak ada lagi orangtua yang ngomel panjang lebar sore hingga malem, karena aku pulang terlambat. Tak ada lagi nilai turun dratis, karena aku terlalu sibuk mengurus proker-proker besar dibandingkan tugas-tugas kecil. Tak pernah ada yang memarahiku hanya karena aku telat makan, hingga jatuh sakit.
Aku merasa bebas. Tapi, kenapa aku jenuh?
Aku sadar, aku tak bahagia di dalam lingkaran ini. Kau pikir, apa alasannya, kak?

Rapat Bukan Lagi Menjadi Agenda Rutin yang Menyenangkan.
Rapat... Agenda yang paling "membosankan."
Setiap malam pada hari tertentu, ada pemberitahuan darimu perihal rapat rutin, di tempat sekian, jam sekian. Aku membacanya dengan menghela nafas, panjang. Cukup panjang untuk menjelaskan kalau itu adalah kata lain dari frustasi.
Rasanya, tak seperti awal-awal periode di organisasi ini, yang bahkan walaupun hujan maupun panas, aku tetap menebus sekian rintangan untuk dapat mendengarkan ocehan-ocehan ringan kalian.

Hanya memikirkan sekadar turun dari kasur-mandi-dan jalan kaki ke tempat yang kau maksud saja sudah membuatku lelah. Aku merasa, datang dalam agenda rapat rutin dan bertemu dengan anggota lainnya merupakan buang-buang waktu yang tak penting.
Sejenak, aku ingin bertanya, apa kau tau alasannya, kak?

Meski Kekanak-kanakan, Bukan Hanya Aku yang Merasa.
Aku gak sanggup :'"
Pernahkah kau berfikir, apakah aku yang tak profesional atau keadaan yang membuatku menjadi seperti ini? Setiap tindakan selalu ada alasannya, bahkan, saat aku menjawab: malas. Juga pun merupakan alasan.

Aku tak pernah sendirian. Aku tau, bukan hanya aku yang merasakan apa yang tengah aku hadapi. Meski dengan alasan berbeda. Kita sama-sama merasa jenuh. Jika dia perlahan mundur, aku memilih untuk tetap maju walau setengah hati.

Kak, semoga kau tak terlalu kecewa sebelum tau alasan yang sebenarnya dari mereka.
Dan kuharap, mereka juga tau diri dengan tidak bertindak terlalu naif. Walau berat, tak pernah ada yang boleh lari dari tanggung jawab.

Karena Aku Takut. Terlebih, Pada Diriku Sendiri.
Semoga pilihanku, tak salah.
Aku gak peduli apa kata orang lain, bagaimana mereka memandang aku. Sebenarnya, aku ‘mencoba’ gak peduli. Karena itulah, aku takut pada diriku sendiri.
Semakin dewasa dan kompleks permasalahan yang setiap orang punya, aku tau bahwa aku tak harus menjadi sempurna dan menyenangkan setiap orang. Meski harus dibenci dan dicaci, jika aku ingin, aku akan melakukannya.
Beruntungnya, kak, aku masih punya akal sehat. Aku masih tau batas. Dan aku cukup ngerti untuk tidak melanggar komitmenku sendiri.

Aku masih bertahan karena aku ingin. Rasanya tinggal setengah periode lagi itu terlalu menyiksa.

Karena Aku Butuh Bantuanmu.
Karena, aku hanyalah aku.
Meski keterlaluan. Aku menulis ini bukan untuk menyindirmu, kak. Jadi jangan salah paham. Aku menulis ini untuk kebaikanku, juga mungkin, kebaikanmu.
Karena, ketika suatu kondisi seperti ini datang. Selain pada Tuhan, aku ingin bercerita padamu. Berkeluh-kesah di depanmu. Dan atau kalau bisa, aku ingin memohon bantuanmu.

Ini adalah masalahku. Meski keadaan juga turut salah. Ini tetaplah masalahku. Ada sisi-sisi tertentu yang membuatku berhenti melangkah dalam tujuan awal. Kuharap, kau mengerti maksudku… Memahami apa yang ingin kusampaikan. Dan menolongku.
Ulurkan tanganmu, kak. Bantu aku bangkit lagi seperti awal sebelumnya. Bantu aku bisa menjadi diri sendiri dan merasa ‘hidup’ di lingkaranmu, keluarga kita.

Sekali lagi, maaf membuatmu kecewa. Aku janji akan berusaha semampuku untuk bertahan :v

Dariku yang hampir terjatuh.
© Nida

Semarang, 27 March 2015
23.25 wib.

No comments:

Post a Comment

Bikin orang bahagia gampang, kok. Kamu ngasih komentar di postinganku saja aku bahagia.

- Kutunggu komentarmu.