Sudah lama sejak aku pergi. Dan sudah lama pula untuk
terakhir kalinya aku mengunjungi tempat itu, tempatku lahir dan dibesarkan
untuk beberapa waktu saat kecil.
[Tegal - Jawa Tengah.]
Aku kembali selama kurang lebih seminggu. Pergi
kesana rasanya... seperti menemukan mozaik masa lalu yang hampir terlupakan.
Bisa dibilang, tempat itu berubah banyak. Ya. Banyak
sesuatu yang baru, orang-orang datang dan pergi, beberapa hal menghilang dan
menua.
Bagiku... rasanya, agak aneh.
Aku menelusuri jalan masa lalu yang dulu sering kami
–aku dan teman-teman masa kecil- lewati, ada sebuah rumah tua tanpa penghuni
sejak aku balita, untuk waktu yang telah berlalu... aku berjalan kesana,
kembali.
Saat kecil, tempat itu penuh dengan misteri, banyak
tumbuhan –rumput- tumbuh subur di tengah rumah tua usang yang sering dikaitkan
dengan gosip tentang hantu, ular, dll... Sayangnya, kemarin aku melihatnya
bukan lagi rumah tua usang yang sama seperti yang ada di dalam kenangan.
Seperti keajaiban, dalam sekejap. Aku melihat rumah modern yang dibangun dengan 2 lantai
berdiri menggantikan rumah tua tempatku mengaitkan cerita seram di masa kecil
itu.
Ahhh~ kapan rumah tersebut dibangun? Aku bahkan baru
tau...
***
Aku juga bertemu dengan teman-teman masa kecilku.
Sebut saja namanya: Desi.
Saat aku bermain dengannya, aku menyadari bahwa aku
banyak berubah. Walaupun, sifat asliku yang dari masa kecil masih juga melekat.
Aku kesulitan beradaptasi kembali seperti dulu. Bermain
dengannya saat kemarin, berbeda dengan
bermain dengannya saat kecil.
Aku bukan lagi orang yang sama. Aku besar dan
belajar banyak hal di tempat baruku sekarang. Disana, aku hanya bermain dan
tumbuh menjadi anak-anak.
Pada suatu ketika, aku mengingat kembali, ketika
kami bermain petak umpet, lompat tali, rumah-rumahan, hom-pim-pah, atau saat
kami bertengkar dan saling memusuhi.
Kami? Ya. Dulu, bukan hanya Desi saja temanku. Teman
masa kecilku. Ada banyak orang, dan saat aku bertanya padanya.
Dia menjawab, “Udah pada pergi semua.”
Sebagian dari mereka pindah. Mengikuti jejak orang tuanya.
Ada yang hanya pindah rumah, ada pula yang hijrah ke daerah lain, sama
sepertiku... Beberapa menikah muda, dan bahkan teman-teman yang seumuran dengan
kakakku sudah mempunyai anak. Desi sendiri, hanya beberapa tahun di atasku, akan
menikah. Mungkin akhir tahun ini, atau tahun depan.
Aku... rindu masa itu. Sungguh.
***
Ada yang tak berubah. Tapi semakin menua. Ya. Itu
banyak.
Contohnya...
Rumah disamping sepupuku –Dewo- ngomong-ngomong,
akan aku ceritakan di lain postingan tentang apa saja kegiatan absurd-ku selama
di sana.
Kembali ke topik, di samping rumah Dewo, rumah itu adalah
milik saudara jauh. Sulit menjelaskannya, ia tante dari ibuku dan ‘mbah’
untukku. Begitulah~
Aku pernah masuk ke dalam dapur dan kamar mandi. Dan
aku hanya punya pemikiran, “Tempat ini dulu sangat besar, tapi kenapa sekarang
tampaknya menjadi tempat paling kecil dan sempit yang pernah aku lihat?” Dan
tempat itu terlalu rapuh.
Setelah aku berfikir banyak hal, aku menemukan
alasan yang tepat. Mungkin karena aku telah melihat dunia yang berbeda.
Andaikan abi –ayahku- tidak membuat keputusan besar, bahwa ia dan keluarga akan
pindah ke tempatku saat ini. Apa yang akan terjadi?
Mungkin, aku tak pernah berubah. Mungkin aku tak
akan pernah melihat dunia, yang katanya jahat dan kejam. Mungkin aku tak pernah
merasakan pendidikan sampai kuliah. Mungkin aku akan bernasib sama seperti
teman masa kecilku... Menikah di umur yang masih muda dan saat aku seumuran
dengan kakakku, aku sudah punya anak. Tapi, bisa jadi aku salah.
Lagi-lagi karena... itu hanya ‘mungkin.’
***
Aku ingin sekali merasakan semuanya. Kalau aku
mengunjungi kembali tempat itu, kuharap ada seseorang yang bertanya padaku: Apa
yang mau kamu lakukan hari ini?
Dan mengajakku mewujudkan keinginan itu.
Aku ingin mengulang kembali apa yang aku lakukan
waktu kecil. Walaupun banyak yang sudah berubah, toh aku tetap ingin mengulang
kembali. Walaupun hanya menelusuri jalanan yang dulu sering aku gunakan untuk
pulang-pergi ke sekolah.
Aku bahkan tak tau, dimana jalan menuju tempatku
sekolah saat TK. Dan aku bahkan belum pernah masuk ke SD-ku yang lama itu. Yang
katanya, sudah dibangun bertingkat-tingkat.
Aku ingin pergi ke alun-alun, ke tempat-tempat baru
dan tempat lama yang belum berubah, aku ingin ke Mall dan melihat apa saja yang
masih sama atau apakah ada yang berubah, aku ingin pergi ke RS dimana aku
lahir, aku ingin... Uh~ semuanya.
Di tempatku itu, pantai benar-benar dekat. Kamu bisa
menempuhnya hanya dengan sepeda. Sayangnya, sama sekali tak ada yang mengajak
aku kesana. Aaaaah~ dulu, aku sering ke pantai dengan ayahku. Aku rindu itu
semua :”)
Aku rindu semua itu, Abi... Aku ingat saat kamu
mengaitkan kedua kakiku di jok depan sepeda, karena kamu bilang aku ‘pecicilan.’ Dan khawatir kakiku
tergores ban sepeda. Lalu, kamu mengajakku pergi ke alun-alun, melewati stasiun
kereta.
Aku ingat, saat kamu membelikan Es Brazil favoritku,
saat aku kecil. Atau saat kamu mengajakku main ke pantai dan hanya berdiri
begong di hamparan pasir, bermain-main dengan ombak.
Aku ingat, saat aku kecil dulu... aku selalu
malu-malu, terus bersembunyi di belakang kakimu. Tapi Abi... kamu tetap sabar
menghadapi kelakuanku itu.
Aku ingat, saat adikku yang nomer 4 itu lahir. Kamu
selalu membawaku pergi jalan-jalan, walaupun hanya untuk membeli perlengkapan
bayi dengan sepedamu itu.
Atau saat kamu membujukku yang rewel ke Deddy Jaya
saat umi baru saja melahirkan, hanya untuk menenangkanku. Atau saat kamu
mengajakku bermain di Pasific Mall, hanya untuk melihat-lihat. Sejujurnya,
banyak sekali kenangan masa kecil itu... sulit untuk aku katakan satu per-satu
di sini.
Aku suka susu sapi asli yang kalau kesana, ayahku
pasti membelikannya.
Aku suka suasana ramadhan yang hangat.
Aku suka pergi ke Gucci dan mandi air panas.
Aku suka sepeda tua, yang sudah dibuang oleh ayahku entah kemana. Sepeda milik Abi yang selalu membawaku pergi kemanapun, bahkan ke TK. Sepeda yang dapat mengikat kakiku.
Aku suka suasana alun-alun minggu pagi, dulu... Aku pernah berolahraga kesana pagi-pagi dan berakhir dengan makan bubur kacang ijo di pinggir lapangan.
Aku suka pergi ke Pur-in. Berenang disitu rasanya... Mewah!
Aku suka semuanya~ kenangan masa kecil. Walaupun,
aku tak bisa mengingat lebih banyak lagi kenangan itu.
***
Orang-orang disana bilang, bahwa aku semakin cantik.
Sejujurnya, aku hanya tumbuh. Aku makan
dan belajar dengan baik. Dan aku bersosialisasi dengan baik, walaupun penuh
dengan susah payah pada awalnya.
Aku gak semakin cantik kok. Aku hanya... Bukan
apa-apa.
Aku hanya tumbuh. Itu saja. Dan lingkunganku sekarang, tak berpengaruh apapun pada penampilanku. Tak banyak.
***
Ada yang pernah bilang, sejauh apapun kamu pergi.
Pada akhirnya, kamu akan kembali ke tempat asalmu.
Benarkah?
Kamu percaya, hal itu? Aku bukannya tidak. Hanya,
aku percaya, sejauh apapun aku pergi dan berpetualang. Aku tak akan pernah
melupakan kenangan yang pernah terlewati
di tempat mana aku pernah lahir, melewati kanak-kanak, atau tempat mana aku
tumbuh dan belajar.
Kenangannya.
Karena itulah. Aku bersyukur aku masih punya alasan
kenapa aku harus kembali ke sana lagi, esok~
Terima Kasih. Untuk membiarkan aku berjalan di
belakang dan mengingat semua kenangan ini :’) Terima Kasih, ayahku dan ibuku.
Membiarkan aku pergi kesana kembali. Yah~ walaupun kuakui, itu membosankan. Tapi karena aku bersyukur, aku menikmati setiap detiknya. Dan aku bahkan merasa seminggu disana itu cepat sekali berlalu XD
Salam, @Nida
No comments:
Post a Comment
Bikin orang bahagia gampang, kok. Kamu ngasih komentar di postinganku saja aku bahagia.
- Kutunggu komentarmu.