Hallo my umi,
Assalamualaiku, wr,wb.
Ayok kasih
salam ke ibu aku dulu, sebelum kenal lebih jauh.
Happy Birthday, umi. |
Kenalkan,
namanya: TITIN YULANTI.
Walau namanya begitu mudah diingat, seperti serial
Tintin, kurangi huruf N. Walau ibu-ibu lain memanggilnya; Ibu Amin. Tetap saja.
Kami, anak-anaknya. Teman-teman anak-anaknya. Pacar-pacar anak-anaknya.
Memanggilnya dengan panggilan khas yang sangat special; UMI.
Aku
bersyukur, menjadi orang yang paling lama memanggilnya umi, setelah kakakku.
Umi lahir di
Tegal, pada tanggal 19 February 1973.
Sejak kecil,
beliau sudah hidup mandiri tanpa ayah dan ibunya, yang dalam hal ini adalah
kakek nenekku.
Kata mereka,
ayahnya pergi ke luar pulau, sukses dengan karirnya di kepolisian, dan membawa
salah satu kakak laki-lakinya. Dan ibunya –nenekku- meninggal saat umi masih kecil.
Umi dan
budhe, yang selalu menemani aku di Tegal, hidup berdua dengan nenekku yang
lain. Alm. Nenek tepatnya. Aaaah~ ini kisah keluarga yang rumit. Aku sendiri
juga kebingungan dengan semua kisah-kisah ini.
---
Umi, kadang
kala… aku selalu membuatnya merasa menjadi ibu paling gagal yang pernah ada.
Kadang kala,
aku juga pernah memberikan secercah harapan dari kerja kerasku, untuknya.
Aku pernah
membuatnya marah. Pernah juga membuatnya kecewa. Pernah pula membuatnya mengkhawatirkanku.
Bahkan, berkali-kali aku pernah membuatnya kesal.
Aku pernah
mengatakan hal buruk tentangnya. Aku pernah menarik semua ucapan rasa terima
kasihku untuknya.
Tapi,
se-jahat-jahat-nya diriku. Aku gak pernah berhenti mencintainya. Gak pernah
berhenti berdoa untuknya di sela doaku. Gak pernah lupa menyebut namanya dalam
tangisku kepada Allah.swt. Tak pernah sekalipun terlintas di benakku untuk
menyesali hidup menjadi anaknya.
Aku memang
pernah bertanya-tanya, apalah arti hidup. Kenapa aku di lahirkan. Kenapa pula
aku lahir di keluarga ini. Dan apakah aku benar-benar anak kandung di keluarga
ini?
Terlepas dari
semua pikiran aneh itu. Aku tetap bersyukur dan gak pernah menyesal.
Tuhan. Punya
rencana yang lebih indah, nyatanya.
---Me and my love, umi. |
Umi.
Hari ini,
tepat Tahun Baru Imlek, tahun 2015. Beliau ulang tahun. Yang ke-42. Masih
terlalu muda untuk menjadi seorang ibu dengan gadis paling tua, kakakku yang
menginjak usia 22 tahun.
Dan yeah,
dengan sekuat tenaga. Ibuku yang tak pernah menyerah pada kejamnya hidup. Ibuku
yang tetap bertahan pada hati ayahku. Hanya satu pria di hidupnya. Ibuku yang
berjuang 9 bulan untukku, merawatku selama 5 tahun sebelum adek kecil nomer 3
di keluargaku lahir, yang mengantikan konsentrasinya padaku. Ibuku yang galak.
Ibuku yang terkesan gaul. Ibuku yang kata teman-teman, lebih mirip di panggil
kakak atau tante daripada menjadi ibuku.
Dan wow~ itu
ibuku. Umiku. Bundaku. Mamahku. Hidupku.
Tuhan, terima
kasih banyak… Telah memberinya waktu sampai hari ini. Waktu untuknya bernafas.
Waktu untuknya mendidik kami dengan segenap jiwanya. Waktu untuknya mencintai
kami dengan caranya. Waktu untuknya mengomeli kami yang tak pernah sadar. Waktu
untuknya hidup berdampingan dengan abi. Waktu untuknya, mengajarkan kami
menjadi calon istri yang baik.
Tuhan, ijinkan
kami ber-empat membalas semua jasa-jasanya. Ijinkan kami menunjukkan cinta
kami. Ijinkan aku untuk memberinya hadiah terindah yang ingin dia terima,
berkunjung ke rumahmu di Baitullah. Ijinkan kami semua mengukir senyuman di
bibirnya dan air mata bahagia di manik matanya.
Tuhan, beri
kami ber-empat waktu dan kesabaran. Beri kami kesadaran. Beri kami kesempatan.
Untuknya.
Untuk umi kami. Untuk segala perngorbanan dan kerja kerasnya.
Selamat Ulang
Tahun, umi.
Gak ada kado
yang berharga selain doa, untukmu.
Suatu hari
nanti, semoga aku bisa memberikan sesuatu yang paling berharga untukmu, umi.
Semoga
Allah.swt masih ngasih kesempatan untuk memberikannya di masa depan.
Selamat Ulang
Tahun, umi.
Selamat
berkurang umurnya.
Selamat tambah
tua, mamah gaul.
Mirip gak sih? wkwk~ Cantik mana? :p |
Finally.
Makasih, mi. Udah jadi ibu untuk kita-kita. Untuk kami.
Untuk gak
pernah sekali-kali menyerah.
Sehat selalu
ya, umiku.
Semoga semua
permasalahan yang ada cepet usai.
Barakallahu,
my umi.
Dari anakmu
nomer 2,
© Nida
Serang,
19 bulan imlek 2015