Sekarang aku
tau kalau persahabatan itu gak pernah ada yang abadi. Orang-orang mengatakannya
sebagai sesuatu yang berfluktuasi.
Meski selalu
ada harapan di dalamnya, tentang hal-hal fluktuasi tersebut. Harapan hanyalah selalu
tinggal harapan di belakang. Menjadikannya kenyataan dari sebuah harapan hanyalah
bagian dari keajaiban yang untuk beberapa orang, itu sulit.
Menjadi anak
rantau dan mahasiswa di tempat yang asing membuatku belajar satu hal, tentang
hubungan. Bahkan untuk persahabatan yang telah terjalin selama bertahun-tahun.
Itu sama aja, guys.
Kenyataan
yang aku dapat hari ini, membuatku sedikit melihat sisi rapuh dari diriku,
beberapa anak-anak gaul mengatakannya sebagai bagian dari baper (bawa perasaan)
Begitulah
hidup, selain keluarga, pada jenis hubungan apapun, termasuk persahabatan, aku
sudah tak lagi berharap lebih, meski bahkan aku dan dia telah bersahabat untuk
waktu lebih dari 5 tahun.
Terserahlah,
waktu memang dapat menjawab beberapa hal. Tapi waktu tak bisa membeli sebuah
hubungan yang lebih dekat.
Semisalnya,
anggap saja aku punya suatu masalah dan butuh batuan, pada siapakah aku akan
meminta bantuan? Tentu saja, sahabat dekatnya, kan?
Kadang, aku
sadar, bukan seberapa lama kamu kenal dia, bukan seberapa cocoknya kalian
berdua, juga bukan seberapa waktu yang telah kalian habiskan bersama.
Persahabatan yang sesungguhnya adalah, sesibuk dan bagaimanapun keadaaannya,
ketika sahabatnya butuh bantuan, dia selalu ada di belakang, membantunya,
mengulurkan tangannya, menyediakan bahunya, dan menyeka air matanya. Begitulah
sejatinya sahabat yang benar-benar seorang sahabat.
Bagaimana
soal ketika kamu di tinggalkan dan ditolak saat butuh bantuan? Dengan sahabatmu
sendiri? Bagaimana tentang perasaanmu? Kadang, aku nyesel udah minta bantuan
sama dia, dalam beberapa hal, itu membuat aku sadar, sejatinya, dia yang aku
anggap sahabat hanyalah orang-orang yang sama seperti kebanyakan.
Iya,
orang-orang yang cuman pernah berbagi bersama dalam suatu suka maupun duka,
selama dia juga punya kepentingan yang sama. Yang akan hilang suatu saat nanti.
Karena kita
gak tau kapan nasib dan suatu perubahan membawa kita pada arah jalan yang
berbeda.
Selalu
gunakan prinsip, “Prioritaskan dirimu sendiri.”
Tapi prinsip
dalam hubungan aku sebenarnya adalah, “selalu prioritaskan sahabat kamu.”
Dalam
beberapa hal, aku mulai ragu atas semua persahabatan aku. Juga bahkan
persahabatan aku dengan Triple A, dengan lainnya.
Karena itulah
hidup. Selalu berubah, selalu mengalami defisit dan inflasi. Jenis hubungan
yang menyeramkan. Sebanyak apapun kebahagiaan yang pernah dilalui bersama,
rasanya, ketika aku di dalam kamar sendirian, dan merenung, aku sadar, aku gak
pernah merasa bisa bahagia seutuhnya.
Ada suatu
kutipan menarik, “dibalik senyum seseorang, ada begitu banyak kepribadian yang
menakutkan yang mereka sembunyikan.” Kalau memang itu benar, ya benarlah…
begitu saja.
Hei, Nidake…
jangan jadi lemah, inget, kalau gak ada lagi bahu untuk bersandar, ada lantai
tempatmu bersujud padaNYA. Kalau kamu lelah sama hidup yang membosankan ini,
inget, selalu ada tanggung jawab yang belum kamu wujudkan. Impian itu, Nidake.
Jangan jadi
lemah, oke? :’)
Semangatlah!
© Dari diriku
sendiri yang ragu, Nidake
Semarang,
12 Januari 2016