Sebagian
besar orang hidup dengan menjadi orang lain, entah itu dengan cara yang mana.
Ada orang yang harus mengubur jauh-jauh impiannya demi tuntutan hidup, ada pula
orang yang punya seribu topeng dalam mejalani kesehariannya, ada pula orang
yang mencoba menyembunyikan sesuatu seumur hidupnya sekalipun ia tak ingin,
karenanya… ia harus menjadi orang lain.
Pada situasi
dan kasus tertentu, kita hidup pada dasarnya adalah untuk bertahan. Menjadi
orang yang bukan diri kita bukanlah suatu kesalahan. Seakan, itu adalah hal
alami. Bahkan tanpa kita sadari.
Aku
Sadar, Aku Tak Bahagia.
Menjelang
semester kedua kuliah, aku menyadari satu hal, bukan karena teori yang di
ajarkan sulit. Tapi, lebih karena aku tak pernah menginginkan belajar semua
ini. Ini bukanlah suatu hal yang menjadi tujuan hidupku sejak awal, bukan
rencanaku untuk masuk jurusan Akutansi, bukan pula keinginanku untuk menjadi
seorang Sarjana Akuntansi dimasa depan.
“Lantas,
kenapa aku memilih bertahan?”
Orang-Orang
Mengenalku, Seperti Ini. . .
Inilah aku, aku yang seperti ini. . . |
Meski
munafik, yang tau tentang diri kita adalah kita sendiri dan tentu saja, Tuhan
YME. Meski ada beberapa hal yang kita sendiri tak pernah dapat menyimpulkannya,
tetap saja, diri kita berhak atas keseluruhan tentang diri kita.
Sejujur-jujurnya
aku adalah, seorang gadis yang pemalu dan cerewet pada beberapa orang tertentu.
Saat aku sudah merasa nyaman dengan seseorang, aku akan menjadi ‘aku’ yang apa
adanya. Tapi, kadang, aku perlu berhenti saat orang tersebut merasa gak nyaman
dengan ‘aku yang apa adanya,’ aku
mulai kembali menjadi aku yang biasa, dengan sisi misterius.
“Satu yang
pasti, aku hanya takut orang-orang akan terganggu dan pergi dari hidupku.”
Bagian
terbaiknya adalah, Tuhan masih terlalu baik. Aku punya keluarga yang utuh.
Meskipun tiada hari tanpa adu muLut dengan mereka semua. Aku menyadari bahwa,
ikatan kami terlalu kuat, dan cinta untuk mereka telah mengakar, mendarah
daging, di dalam lubuk hati anak-anaknya.
Aku tak perlu
takut ditinggalkan sendirian. Bersama, aku yakin sepenuhnya, kami akan
bahu-membahu bersatu saat masalah datang menerjang.
“Dengan
mereka, keluargaku. Aku tak perlu berpura-pura karena takut ditinggalkan.”
Aku
pun Lelah, Harus Menjalani Hidup Seperti Ini.
Kau tau? meski lelah... aku masih sanggup berjalan... |
Kalau bisa
memilih, kenapa harus serumit ini? Atau setidaknya, aku tak ingin selamanya
seperti ini. Aku gak bersyukur, ya?
Aku cuman
lelah. Aku gak mau terus pake topeng. Aku mau hidup normal dan menjadi apa
adanya.
“Bahkan, ada
saatnya aku ingin gak pernah peduli apa kata orang lain.”
Dariku, yang
berharap ini usai.
#LatePosting.
© Nida
Tegal,
05April 2015
20.04
wib
No comments:
Post a Comment
Bikin orang bahagia gampang, kok. Kamu ngasih komentar di postinganku saja aku bahagia.
- Kutunggu komentarmu.