Saturday, December 14, 2013

AYAH ITU ABIKU

Ayah. Ayah adalah ayah. Ayahku adalah ayahku dan ayahmu adalah ayahmu. Seberapa besar dan banyak kau memahami ayahmu? Tak banyak? Sedikit? atau bahkan tidak sama sekali? 

Mungkin pernyataan yang terakhir cocok untuk hubungan aku dengan ayahku. Ayah yang setiap hari kami panggil 'abi' ayah yang hanya pulang seminggu sekali, ayah yang jarang berbicara denganku, ayah yang terlihat dingin dan pendiam di mata anak-anaknya. Itulah ayahku.

Ayah itu segalanya buat kita, ayah pemimpin keluarga. Bagaimana cara ayahmu bersikap. Itulah hal yang menentukan masa depan keluarganya. 

Kalau aku membayangkan. Suatu hari nanti, aku akan mencarai suami yang baik, dan aku akan membuat daftar syaratnya. Syarat? Ya. Kupikir, dia haruslah lebih baik lagi dari ayahku. Karena dia akan menjadi 'ayah' dari anakku. Dia akan mejadi kepala keluarga dari keluargaku. Dia akan menjadi panutan mereka.Alasan itulah yang membuatku menetapkan syarat. 

Mungkin, jika aku harus memberi pernyataan berupa essai dan menuliskan semua yang harus aku tuliskan mengenai ayahku. Ada banyak sisi lain yang harus ayahku tau.

Abi... maukah kau mendengarkanku?
Satu. Berhentilah marah-marah. Dua. Didik anakmu dengan baik, itu tugasmu. Bukan hanya tugas umi. Tiga. Marahlah saat kami sudah melewati batas, jangan hanya karena aku kakaknya dan ia lebih muda. Maka, aku yang selalu di salahkan? apakah itu benar-benar salahku? Tak ada bukti dan tak pernah ada saksi. Abi, dunia itu sudah berubah. Anak kecil bukan lagi anak polos. Empat. Lupakan soal pekerjaan, lupakan soal kendala lain. Tolonglah, ajak kami bermain-main di saat weekend. Apakah hanya ada umi saja? Kami cukup kesepian. Lima. Anak cewe tak sama dengan anak cowo. Kita punya batasan bi, untuk anakmu yang menginjak masa remaja, apakah kamu cukup memahami apa itu perempuan? Perempuan yang beranjak dewasa dengan segala kelabilan-nya? Oh ya. Kamu terlalu sibuk untuk memahami hal-hal seperti itu. Dan Enam. Bicaralah pada kita tentang semua hal yang terjadi. Dan bahkan kamu tak pernah bertanya padaku mengenai hal-hal yang ingin aku lakukan di masa depan. Hal-hal konyol apa saja yang ingin aku buat menjadi keajaiban.

Masih banyak lagi sejujurnya. Tapi karena aku suka dengan angka 6. Aku hanya ingin berhenti di angka 'enam' Maaf abi, apakah dengan mengatakan ini berarti aku keterlaluan? Aku hanya tidak ingin terus menyimpannya, karena dengan begitu aku tak akan memiliki luka. 

Ayahku. Dia bukanlah ayah yang ideal, tapi dia tetaplah ayahku dengan seribu jasa. Aku tetap anaknya. Kita punya hubungan darah. Yah~ 

Bagian menyedihkan dari menjadi puterinya adalah kurangnya kasih sayang. Kami tumbuh seperti itu, kadang-kadang kami bahkan punya seribu cara untuk mengatasi semuanya. Kami sama. Bahkan kami benar-benar kehilangan kepercayaan diri kami karenanya.

Aku benci ayahku karena itu. Tapi...

Ayahku tetaplah ayah. Dia tetap memberiku makan, menyekolahkanku, membelikanku baju baru saat lebaran, membayar biaya buku-buku sekolahku, membeli keperluanku. Ayah tetaplah ayah. Dia tetap abiku. Tetap :')

Walaupun kami membencinya... Walaupun kami tak suka padanya.... Walaupun kami kecewa.
Ini bukan karena aku benar-benar membencinya. Mungkin, aku punya alasan lain kenapa aku tak pernah bisa menyukai ayahku sebanyak anak-anak menyukai ayah mereka. Mungkin bukan sekarang. Mungkin aku merasa ini bukan waktu yang tepat. Dan mungkin aku belum pantas. Untuk banyak kemungkinan-kemungkinan lain.

Abi... Maukah kau mendengarkanku satu kali saja. Aku... Suatu hari, akan menunjukan bahwa dunia lebih dari yang selama ini kamu ajarkan buatku dan adik-adikku bi ^_^ Jangan pernah menyerah untuk membesarkan kami dengan kasih sayangmu.


Abi dan Umi 




Puterimu _ Annida Sholihah

No comments:

Post a Comment

Bikin orang bahagia gampang, kok. Kamu ngasih komentar di postinganku saja aku bahagia.

- Kutunggu komentarmu.